Thursday, April 14, 2016

Anatomi Luka Dalam


:cabekriting
Luka yang tak kasat mata terkadang mengandung sakit yang tak terkira. Tak seorangpun dapat membayangkan beban derita si sakit oleh akibat trauma benturan yang menyisa menjadi lebam. Pembengkakan dan terkadang peradangan jaringan tubuh yang mengalami sakit hanya tersembunyi di balik kulit. Darah akan mati membeku dan menghitam dalam gumpalan yang tinggal lama seolah menjadi tanda bagi titik penyesalan yang membatu karang dalam ingatan.

Luka dalam tak seorangpun dapat mengira perihnya. Ia akan berada disana dalam jangka waktu lama dan hanya si penderita saja yang tahu persis seberapa parah rasanya. Oleh sebab lamanya durasi inkubasinya, maka terkadang dalam keseharian luka dalam sering terlupakan, menjadi keseharian yang lumrah seperti umumnya kehidupan normal lainnya. Satu saja benturan kecil pada luka, satu saja singgungan lembut pada sakit maka efek nyerinya akan timbul dalam waktu lama dan parah. Lagi lagi, tak seorangpun dapat mengira ira seberapa parah perihnya.

Mestinya hanya waktu yang sanggup mengobatinya, waktu yang akan mengurangi perihnya. Tetapi sesungguhnya luka dalam tidak akan sembuh permanen oleh sebab luka dalam adalah luka permanen. Ketika luka dalam dimaksud adalah lukanya hati, maka rasa nyeri yang sering hilang timbul diibaratkan sebagai iblis dari langit yang bebas dalam menebas kenormalan. Iblis iblis merubah  kenormalan menjadi keganjilan, merubah orang baik menjadi monster, merubah tempat baik menjadi neraka tak kasat mata. Luka dalamnya hati tak akan pernah dapat terobati, dia hanya bersembuyi dibalik jam yang berputar tak mau berhenti.

Ketika luka dalam baru terbentuk oleh sebab cerita hidup memang harus demikian, maka dia akan bergabung menjadi satu dengan luka lama yang sudah ada, luka laten yang menganak pinakkan beban sakit berkepanjangan berikutnya. Iblis iblis yang diternakkan oleh luka laten itu akan dengan bebas menganiaya tanpa kenal waktu, tempat dan kondisi. Lebam produksi baru akan membangkitkan lagi lebam lama, seolah menggarami luka dalam yang selama ini tertidur, terbius oleh waktu seolah mati.

Luka dalam di rongga ingatan terkadang menghadirkan kesedihan yang seolah tak berkesudahan. Ialah ketika matahari tiba tiba terasa padam dimana kegelapan hanyalah satu satunya  teman. Kekecewaan demi kekecewaan empiric berjubelan meracuni pikiran, bagai antrian panjang meminta jatah pukulan. Telah terjadi kerusakan jaringan tak terlihat yang perlahan merubah semua arah pandang menuju kepada sesuatu yang berlainan, berkaitan dengan kesan.

Luka dalam, sakitnya selalu ada. Goresannya  tidak akan bisa sirna hanya oleh perubahan sikap tiba tiba, atas nama sikap seolah olah. Semuanya menjadi asing menyebabkan kecanggungan yang menyiksa. Selalu ada yang tersembunyi dibalik semua kata dan sikap, selalu ada yang siap untuk menyakiti dan memadamkan matahari oleh sebab memang luka dalam yang letaknya tersembunyi.

Waktu merubah segalanya, dan terkadang kita lupa cara menerima perubahan itu dengan bijaksana. Sedangkan kebijaksanaan tertinggi adalah menyerahkan segalanya keapda Yang Maha Kuasa tanpa menerbitkan protes diam diam ataupun protes terbuka kepada dunia. Menempatkan diri terlalu tinggi di peradaban dapat menyebabkan kekecewaan yang memupuk keberlangsungan luka dalam, memelihara prasangka dalam ingatan. Jika memang waktunya tiba, maka segala hal yang mungkin terjadi terkadang kita hanya harus bisa menerimnaya.

 

TMII 160414

 

 

 

 

Sunday, April 03, 2016

Nasehat Sloki


 
Malam turun bersama dengan zombie zombie berbau sangit. Jangan memandang langit, sebab disana istana demit. Jangan memandang langit agar tak lupa dimana kaki menginjak bumi. Usia telah menasehati agar langkah menepi memberi jalan kepada mereka yang terbius oleh imajinasi. Sebotol demi sebotol vodka tak akan sanggup mengusir perihnya luka,biarkan saja dia menganga sampai butir demi butir debu sang waktu akan menguburnya pura pura.

Terimalah kalah sebagai berkah, agar perangmu tak menyisakan langkah yang lelah. Gempita di langit maya bukan lagi milik kita, melainkan milik mereka yang muda. Teriakan suka cita, jerit tawa dan segala tingkah bahagia biarl janganah tersimpan dalam gelap yang nyata. Tak perlu disesali semua yang terjadi karena besok hari pasti akan berganti. Tak harus mengeluh untuk perlakuan buruk laksana teluh. Terimalah luka hati sebagai pengingat bahwa terkadang manusia memang dujauhkan dari hati nuraninya hanya oleh gelegar megah dunia.

Diam adalah menjadi pilihan bijak ketika setiap kata yang terlontar hanya membentur dinding. Perasaan dipermainkan dan dilecehkan tak perlu disikapi dengan teriakan. Cukup mengadulah keapada sepi sebab disana akan kita temuai dialog paling pribadi yang banyak berisi kebijaksanaan.Dalam diam segala pertempuran terjadi tanpa seorangpun akan peduli. Tidak aka nada pemenang ketika semua telah bahkan ketika musuh dan jagoan mati menjadi bangkai pikiran. Simpanlah tangis penuh kepedihan mennadi sederet tulisan yang akan terpajang di nisan kenangan.

Waktunya untuk menepi dan sadar diri tak perlu bertinggi hati bahwa memang kita tidak sepenting yang kita pikirkan bagi  orang lain. Biarlah semua berkecamuk dan meruyak dalam bisu yang mengahnguskan, barangkali akan kita temukan menara menara pengingat langkah ketika kaki goyah. Pernah suatu kali bunda berpetuah, bahwa jika dirasa kuat maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menanggungkan tetapi jika terlalu berat maka meletakkan adalah pilihan bijak. Segala kejadian berlandaskan kesuka relaan tak ada yang memaksa dan tak ada yang melarang. Jadilah bahwa semua yang terjadi dalam cerita hidup tiap manusia hanyalah menjalani apa yang menjadi keputusanya di masa lalu.

Di persimpangan pematang yang sepi langakah mesti dikayuh menjauh. Meninggalkan segala mimpi dan mengubur harapan akan terkabulnya doa bahwa keajaiban suatu saat akan menghampiri kita. Menjadi realistis adalah pilihan yang dituntung berdasarkan logika, bahwa terkadang kita tidak diakui lagi di tempat dimana kita pernah merasa ada, menjadi manusia dan diperlakukan sebagai manusia. Kisah kisah perjalanan tinggal mennjadi riwayat basi. Barangkali memang begitulah kisah kehidupan terjadi.

Jangan lupa mengirimkan ucapan selamat kepadanya yang telah memiliki kebebasan baru untuk memuja rasa di dunia baru. Jangan berkecil hati sebab dunia baru  bukan milik bagi mereka yang tergerus usia. Tutup semua jendela dan menajdilah pertapa yang memunguti butir demi butir kebijaksanaan yang jatuh satu demi satu seperti butir hujan di pagi sepi. Sebisa mungkin berbahagialah untuk segala sesuatu yang memberi kebahagiaan bagi makhluk lain di sisi belahan dunia. Temukanlah kedamaian dalam gelap pikiran, agar tak ada api yang membakari kepala atau mata pedang yang menusuk punggung hingga ke dada. Terima saja semua perlakuan buruk dengan mengharap karma; bahwa mereka yang mematahkan hati maka hidupnya akan dihancurkan oleh pemilikNya.

Sekarang tinggal bagaimana menyapa demit demit yang rajin menyerbu malam, bermesuman di dalam pikiran dan terus membujuk diri untuk melawan kezaliman. Meskipun musuh baru telah terlahirkan, bukan berarti kita harus larut dalam pertempuran lain lagi. Ya, menerima kalah dan mengayun langkah untuk turun dari podium adalah pilihan yang paling bijaksana.

Selamat bagimu, siapa saja yang telah memenangkan dunia dengan cara zalim.

 

Rewwin, 160403