Monday, February 22, 2016

No Name

Yang lahir dari pikiran subyektif ketika kegusaran menguasai siang malam adalah pukulan demi tikaman yang dialamatkan kepada diri sendiri. Pencarian yang melelahkan hanya memproduksi musuh musuh tak kasat mata yang memperpanjang malam hingga subuh datang. Pikiran disiksa oleh tebakan tebakan tak karuan yang didasari oleh perasaan dikalahkan. Inilah pertempuran dahsyat yang terjadi dengan sangat diam. Pertempuran yang memporak porandakan seluruh tatanan kepercayaan yang tertanam sejak belia.

Dia yang datang dari ingar bingar dunia muda, kesatria berbaju zirah dengan pelindung kepala hingga muka. Tangan kirinya mengekang perisai, sedang di tangan kanannya pedang tajam seolah menawarkan kematian.  Dia yang mengelilingi hati dengan setangkai bunga di tangan, menawarkan keindahan dan mengaburkan pandangan pada kenyataan. Dia yang mengelilingi hati dan mencari celah celah pintu yang tak terkunci, hanya untuk mencuri. Apa yang sudah ada biarlah mati, sebab tunas tunas mudah jauh lebih menjanjikan. Seiringnya, tawa dan cerita asamara membahana di langit maya, mengabarkan kepada dunia tentang dua hati yang berbahagia. Tak peduli siapa yang akan membacanya!

Dia yang datang padamu dengan gemuruh dan gempita, menawarkan tawa dan lautan bunga bunga, pun rapi tersembunyi demi sakit hati. Hilang sudah ketulusan yang terbangun delapan tahun dengan kesahajaaan, semuanya musnah begitu saja, berganti dengan sandirwara sikap; menjadi basa basi belaka dalam setiap ucapan. Rengekan menghibakan berhari hari seolah tidak ada arti, oleh sebab memang sudah tak ada arti. Tak perlu disesali sebab semua rasa telah diungkapkan dengan semua bahasa dan semua cara.

Dia yang datang dengan pedang ditangan, mengelilingi hati dan hari hari taburan api. Ke kepala, dada hingga mematikan matahari. Ternyata luka yang terasa hanya menjadi milik pribadi, tak dapat terbagi. Empati telah mati sejak datangnya pelangi dalam hari hari yang tersembunyi. Ribuan kata yang tersusun sebagai visualisasi rasa tak memiliki makna sedikitpun, semua bisu bak lembaran koran bekas pembersih kotoran ayam di lantai. Kata kata yang terukir penuh perasaan telah terbaca tanpa perasaan, bahkan persaaan sebagai manusia sekalipun. Etika hubungan manusia yang terbangun sekian lama telah sia sia hanya oleh datangnya ksatria baru penyilau pandang.

Dia yang datang dengan segudang harapan bagimu, telah mengajarkan ilmu baru tentang bagaiaman kebal terhadap rasa orang lain. Kepekaan hanya dimiliki oleh mereka yan memiliki hati, dan ketika rintihan yang tak dapat dipahami sebagai sebuah siksa, maka sesungguhnya semua hanya sia sia. Semua menjadi hambar dan basa basi belaka. Menyisakan jutaan anak iblis yang menyerbu dari setiap sudut bumi, menusukkan jarum  jarum beracun disekujur kepala. Kebinngungan telah merajam keyakinan baru tentang azas kebaikan sebagai landasan semua sikap. Pertanyaan yang terlalu besar dan terlalu banyak menjadi bukti bahwa kita tak lagi berpijak di bumi yang sama.

Jika memang harus pergi dengan ksatria pembawa bunga, berjalanlah dengan santun tanpa meninggalkan bibit bibit dendam kepada orang yang tulus menyayangi. Kenangan masalalu bukan lagi menjadi milikmu sebab bagimu masa depan melempang sepanjang jalan. Kenangan dan masalalu biar menjadi racun mematikan bagi yang dia yang gemar mengasihani diri. Tak perlu pula mencoba menterjemahkan isi tangis dan cerita duka lara darinya, sebab percuma saja, tak akan dapat dimengerti.

Noname, ksatria tanpa nama, tersembunyi rapi dirimbunya hati. Dia yang datang dengan pedang dan bunga telah memenangkan hatimu untuk berlalu tanpa empati dari cerita yang terbangun menjadi bukit kenangan, monumen abadi yang sebentar akan menjelma menjadi gunung berapi. Gunung berapi yang siap menghanguskan segala  yang didekatnya ketika erupsi terjadi. Dia yang datang tanpa nama dan tanpa muka, telah menjadi hantu blau yang meluluh lantakkan kebanggaan dan kepercayaan yang terbangun tanpa sengaja.

Berbahagialah menyambut datangnya dunia baru dengan tunas tunas baru bertumbuhan yang akan merinmbunkan kehidupan.
Rungkut 160222