Friday, June 13, 2008

Penduka

: ex-lucifer

(Tertulis risalah ini padamu, individu mulia yang tersia siakan oleh cinta yang durjana… )

Ketika malammu luruh menjadi gelap, pengap dan mati, pembaringan lakasana sabana kosmos maya, luas tanpa tepi tempat segala khayal dan sesal silih berganti tertayang di langit langit remang yang lalu menyisakan raungan, gemelatak gigi diperdaya amarah membuncah, seolah menyobek dada, memprotes atas kebahagiaan cinta yang tidak berpihak padamu. Bahkan cicak dan serangga seolah mengejek, tertawa terkekeh tak sanggup berhenti, mentertawakan kemalangan nasibmu. Tawanya tersambung tangisan, tangis sedih atas nasibmu yang tak lebih beruntung dari mereka yang melata di dinding ruangan.

Tangismu pecah sepanjang malam, tetapi sekelilingmu hanya keleluasaan sunyi yang mengurung. Badai nasib membutakan mata hatimu, hingga yang terasa hanya pedih ke pedih, hampa ke hampa seperti tak pernah berujung padahal engkau sendiri tak mengerti kapan bencana dimulai, apalagi kapan akan selesainya. Engkau lelah mengurai sebab musabab terjadinya bah air mata, bahkan keyakinanmu sendiripun perlahan tak sanggup kau fahami. Tak kau mengerti penyebab petaka datang tak mau pergi pergi. Di tidurmu yang tersingkat, semua kenangan menjadi beban, dan harapan tinggal tulang belulang ditingkahi kenyataan pahit meremukkan impian. Matahari datang dan pergi sekedar lewat dan mencatat hari hari yang terbunuh mati seolah tinggal menunggu kiamat, tinggal menunggu semuanya pulang kepada keabadian yang misterius.

Berdoalah wahai sahabatku, berdoalah dari dukamu yang paling diam. Mintalah agar sebelah hatimu yang hilang dikembalikan dari ketersesatan. Kembali menjadi pelengkap dari perbedaan yang menciptakan kesamaan. Tumpahkan airmatamu dalam tangis permohonan, agar uap uap udara mengusungnya ke Yang Maha Mendengar. Yakinlah bahwa Diapun Maha Tahu dan menampung semua sedu sedanmu.

Sahabatku,
Sungguhlah nyata bahwa tak ada cerita yang tak sama. Sepanjang sejarah bumi hanyalah melulu kisah peradaban yang terhimpun dari hubungan manusia dengan manusia. Dan nyatalah bahwa waktu akan sanggup membalut lukamu, menyembuhkanmu dan memberikanmu makna makna baru tentang masa lalu, kekinian dan masa depan. Bertahanlah, badai pasti kan berlalu dari hatimu…

Palembang, 080613