Thursday, April 13, 2006

Merawat hari hari basi

Badan yang memang semata wayang tak henti mengembara mengisi kubus kubus dimensi ruang dan waktu. Tak bisa berhenti sejak kontrak kematian dengan nama kelahiran disepakati. Dan sang badan melayang meliuk menterjemahkan jalinan ruh tak berwarna, tak berasa dan tak berbau pula. Ia menjalani track yang memang sudah disediakan meskipun tak terlihat mata, kalis dari praduga, seperti langkah dalam menjejaki udara.

Segugus satuan waktu terbunuh tinggal menjadi ampas kehilangan sari pati. Teronggok berisi catatan tentang harapan dan kemisterian hidup yang bermetamorfosa menjadi sepah belaka bernama masa lalu. Sebagian masa lalu memang tak meninggalkan jejak, lenyap terbawa angin usia dan sebagian lagi menempel jadi benalu, terseret seret bahkan sebagian menjadi parasit bagi ruh dalam melanjuti perjalanan di track udara.

Sebagian masa lalu terkadang teronggok bagai sampah dan tak mau pergi begitu saja, meskipun logika berkali kali menepis dan hati keras berusaha membersihkannya dari kedalaman ingatan. Baunya menebarkan kejijikan dan sekaligus kesakitan, yang siap menghampiri indra penciuman dan mengirimkan signal kemuakan ke syaraf otak kapan saja angin leluasa membawa muatannya.

Sungguh segala kesatuan ruh dan badan menyadari kebusukan dan keperihan (atau luka dalam) hanyalah sampah masa lalu yang kemudian menjadi basi. Mereka adalah hari hari basi yang karena system pertahanan ego kemudian mengendap menjadi sumber penyakit yang menggerogoti syaraf. Lalat lalat berbulu malaikat meramaikan kehadiranya, menyempurnakan fungsi fundamentalnya sebagai penjajah bagi keselarasan hidup, dan kemudian memperkenalkan kepada nurani bahwa hari hari basipun harus menjadi bagian dari pola gerak langkah kaki ketika menapaki udara yang sekali lagi tak boleh berhenti.

Life goes on, saudara. Jika hari hari basi tinggal menjadi sampah organik, maka memang begitu hukum alam menentukan. Menerimanya sebagai satu kesatuan paket hidup adalah satu satunya opsi seperti tercantum pula dalam klausul kontrak kematian. Mengingkari keberadaanya dalam palung kenangan hanya akan mempertegas perih yang terasa, sedangkan menelan bulat bulatpun mengandung kemungkinan besar akan tersedak dan tercekik kehabisan oksigen penyegar sel darah. Ah, sejak dahulu hidup memang absurd!

Hari hari basi, kenangan yang tidak kita ingini semestinya tinggal menjadi masa lalu tanpa efek apapun sebab memang tak bisa kita berbuat apapun untuk mengimprovisasinya. Bau busuknya, kuman kuman yang ditimbulkannya kemungkinan kemungkinan negatif yang berkecamuk didalamnya adalah murni milik kehidupan sebuah pribadi. Mustahil melupakan keberadaanya semustahil menghilangkanya. Masalalu tidak bisa begitu saja dicopot dari memori otak untuk dibuang (meminjam istilah si sipit) . Tak ada amputasi otak dimanapun, kecuali mencucinya. Ya mencuci otak agar hari hari basi yang menjelma jadi seonggok sampah penebar malapetaka menjadi lebih higienis dan tetap menyandang kodratnya sebagai kenangan, sebagai pengalaman. Mencuci otakpun punya prinsip khusus dimana satu satunya bahan pembersih yang bisa dipergunakan hanyalah: Menerima tanpa tanya.

Cubicle. 060413