Wednesday, April 05, 2006

Cinta yang benar benar cinta

Menemukan cinta yang sesungguhnya sama saja dengan membujuk kaum lajang untuk segera memiliki anak sebagai keturunan. Cinta yang sepenuhnya menterjemahkan cinta yang hakiki adalah cinta kepada anak keturunan sebagai titisan ruh, bahkan sebagai reinkarnasi atas diri pribadi.

Kekuatan cinta kepada sang anak sanggup menciptakan senjata senjata baru yang mumpuni bagi persoalan persoalan yang datang dalam dunia yang melingkupi kehidupan. Anak menjadi jimat penyelamat ketika krisis kedewasaan melanda jiwa. Ia menjadi sinar kekuatan yang memandu langkah untuk tetap bijaksana ketika hati gelap. Cinta kepada anak menerbitkan keikhlasan menyediakan diri untuk menjadi pelampung dan perisai bagi keberlangsungan hidup normal sang anak secara mental.

Anak juga adalah malaikat penyelamat ketika godaan datang menawarkan kesenangan subyektif, atau ketika semangat terperosok kepada lubang ketidak yakinan. Sang malaikat memompakan semangat hanya dengan senyumnya yang tak dibuat buat dan dengan tingkahnya yang tanpa sandiwara apalagi rekayasa, permainan khas orang dewasa.

Anak juga menjadi guru filsafat paling bijaksana dan sederhana. Cara anak mencintai orang tua tanpa memandang busuk atau harum baunya, cara anak mengekspresikan perasaan ketergantunganya adalah cermin dari cinta yang sesungguhnya. Belajar dari anak anak, adalah belajar untuk menjadi manusia sederhana yang hanya tahu kebenaran dan kesahajaan. Dia mengajarkan kebeningan kepada keruhnya nurani manipulatif orang dewasa.

Kecintaan kepada anak sebagai imbal balik dari kebesaran cinta anak kepada orang tua menjadi obat mujarab bagi kekecutan hati yang diracuni oleh sikap sikap palsu orang dewasa yang terkadang harus ditelan mentah mentah dalam kehidupan. Anak memberikan penawarnya dengan segala kemurnian keinginan dan akal fikiranya yang berkembang melewati fase demi fase dengan perlahan. Ia adalah selembar kertas kosong dengan orang tua sebagai pena yang mengisi satu paragraph pembuka untuk menjadi sebuah buku suatu saat kelak.

Mencintai anak adalah mengenal cinta yang sebenar benarnya. Sayang banyak orang tua durjana yang memandangnya sebagai mahluk lemah, bodoh yang merepotkan, bahkan memanfaatkanya dalam permainan busuk, bahkan mengajarkan kebusukan sebagai nilai kehidupan, dengan cinta sebagai alasan.
Orang dengan type seperti itu hanya pantas disebut sebagai bajingan!


Gempol, 060405