Thursday, April 06, 2006

Letak kebahagiaan

Ketidak bahagiaan datang dari diri sendiri, ia adalah buah negatif dari fikiran atas keinginan dasar yang tidak terpenuhi oleh harapan atas orang lain. Buah fikiran negatif itu jika dijabarkan akan menjadi panjang berentet rentet dan berubah menjadi sebuah kisah menyedihkan, laksana pengejawantahan dari badai hujan berwarna hitam. Kemuraman dimulai tanpa mengerti dasar dimana akhiran akan ditemukan. Karena dia – sekali lagi - buah fikiran negatif, penghuni alam angan angan yang tak memiliki dinding konkrit.

Kebahagiaan sendiri adalah suasana hati dan fikiran yang mayoritas berisi keadaan yang harmonis, kesesuaian antara harapan dan keinginan dengan kenyataan yang dijalani. Ekspresinya adalah sebuah perasaan cinta kasih yang memiliki alamat tujuan pelimpahan, menciptakan sebuah kerelaan dengan landasan pengabdian, meluap kepada sebuah sikap peduli terhadap kehidupan kosmik, dengan menjunjung tinggi nilai nilai positif. Kebahagiaan hati membuat langit fikiran bersinar cerah ceria, penuh dengan hal hal yang mudah dilihat dan dirasakan. Bagi pemuja rasa hati, kebahagiaan adalah samudera seni, dimana semua hal memiliki nilai estetika.

Ketika kebahagiaan menjadi hambar (dan diartikulasikan menjadi ketidak bahagiaan) yang terasa adalah bahwa hidup telah kehilangan warnanya, kehilangan rasanya. Ini yang sering menuntun mental kepada keputus asaan karena kemuraman kemudian secara skeptis diartikan sebagai kebutaan yang permanen, bahwa kehilangan tidak akan mendatangkan tunas harapan baru untuk masa depan. Muram semata. Padahal, hidup sudah akan benar benar kehilangan makna maupun nilainya apabila memang hidup itu sendiri sudah berakhir dengan kematian.

Kebahagiaan, sama halnya dengan ketidak bahagiaan juga datang dari diri sendiri, ia adalah buah postif dari fikiran atas keinginan dasar yang terpenuhi oleh harapan atas orang lain. Jadi kalau kita mau mencari dimana letak kebahagiaan itu maka kita tinggal menengok ke pendalaman hati dan fikiran karena disanalah kebahagiaan dan ketidak bahagiaan itu berada. Terkadang kebahagiaan menghilangkan pandangan obyektif bahwa keadaan bisa berbalik dalam hitungan detik tanpa peringatan dan bukan kecelakaan, melainkan akumulasi dari keadaan yang tidak tersadari sebelumnya.

Berjiwa besar, melapangkan hati, kerelaan berkorban (atau menjadi korban), membuat hidup mendekati indah asalkan didasari dengan sukarela yang ikhlas. Merendahkan hati pada ukuran standar juga membuat kita merasa pantas dianggap berharga. Begitulah idealnya cara kita merawat kebahagiaan, jika memang letaknya sudah ditemukan pasti, didalam hati….


Gempol, 060406