Friday, January 13, 2012

Darpin

Ini dongeng mistik masa kecil, yang menelikung keberanian setiap bocah lelaki kecil yang mendengarkannya. Konon Darpin adalah ilmu hitam yang menggunakan mayat orang lain untuk dirubah bentuk menjadi bermacam macam bahan pangan, seperti beras dan lainnya. Konon beras hasil Darpinan ini butiran butirannya lebih besar besar dan mrisih. Terlalu bagus sebagai beras dalam ukuran yang sewajarnya. Selain beras umumnya bahan pangan hasil Darpinan adalah kacang kedelai atau kacang tanah. Kedua komoditi itupun juga memilki cirri ciri yang sama; sempurna.

Konon lagi, orang sakti yang memilki ilmu hitam dan biasa melakukan Darpin menjalankan aksinya dengan cara menarik jasad orang mati dari kubur dengan ilmu gaib. Kabarnya, setiap mayat yang ditarik keluar pasti akan melakukan perlawanan sehingga terjadi perkelahian antara mayat dan tukang Darpin. Tidak jarang tukang Darpin kadang terluka pada perkelahian itu. Ciri ciri kuburan korban Darpin konon ditandai dengan adanya lobang mirip liang gangsir – sejenis jangkrik besar - pada sekitar gundukan makam.

Sangkaan tukang Darpin (yang kalau sekarang lebih dikenal dengan tuduhan dukun santet) yang santer beredar dalam bentuk rumor dari pos ronda ke pos ronda, dari desa ke desa adalah Ki Lurang Gondang. Pak lurah yang kemana mana menyetir sendiri mobil bak terbuka merk Datsun warna merah marun itu memang terkenal dengan kekayaanya. Kekayaanya bukan cuma rumah megah dan sawah berlimpah, tetapi juga usahannya yang bertebaran, dari usaha penggilingan padi sampai penggergajian kayu. Kata rumor, kekayaannya itu didapatkan dari hasil mendarpin.

Begitu santernya nyatannya rumor itu, hingga beredar melalui bisik bisik bahwa setiap habis ada orang yang meninggal, maka biasanya Ki Lurah Gondang akan tiba tiba menghilang paling tidak selama tiga hari. Konon menghilangnya Ki Lurah berkaitan dengan proses transformasi dari jasad manusia menjadi bentuk bahan pangan yang diinginkan. Itu sudah cukup untuk membuktikan betapa saktinya Ki Lurah, yang sudah mengalahkan mayat dan lalu menganiayannya menjadi bahan pakan manusia.

Waktu itu setiap habis ada orang yang meninggal dan dikubur di pekuburan desa, suasana malam tintrim selalu menindih perasaan. Sebuah atmosphere super horror yang diciptakan oleh pikiran kanak kanak. Malam terasa sangat menyiksa seolah olah monster monster bersama mayat mayat bergentayangan mencari anak anak yang ketakutan. Terutama anak anak laki laki yang menggigil sumpek bersembunyi didalam buntalan sarungnya. Kegelapan malam terasa begitu mengancam, dan rasa kantuk hilang berganti kecemasan luar biasa.

Jika seseorang meninggal pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, maka kuburan tersebut harus dijaga selama tiga hari tiga malam berturut turut. Para lelaki kerabat si mati, tetangga dan sanak saudaranya akan begadang di pusara yang baru jadi. Konon Darpin tidak akan bisa melancarkan aksinya jika makam sasaran dijaga oleh orang yang masih hidup. Tetapi konon pernah juga kejadian, kuburan yang dijaga sekalipun bisa kecolongan Darpin. Pasalnya, tukang Darpin juga menguasai ilmu sirep, dimana dengan ilmunya dapat membuat orang akan tertidur karena tidak tahan kantuk yang menyerang. Sewaktu para penjaga kubur itu tertidur, maka aksi Darpin terjadi.

Suatu kali, Ki Lurah Gondang pernah sakit bernama “Badan Mati Separo”. Penyakit mengerikan yang membuat tubuh seseorang akan separo mati fungsi, separonya lagi tetap hidup normal. Konon pula, sakitnya Ki Lurah juga berkaitan dengan aktifitasnya sebagai tukang Darpin. Hukum karma yang didapat dari cara kotor, mencuri mayat demi harta dan kehidupan dunia pribadinya. Sejak sakit itu, perlahan lahan tapi pasti kekayaan Ki Lurah semakin hari semakin menyusut. Malapetaka juga terjadi beruntun, mulai dari penggilingan padinya yang terbakar hingga kecelakaan yang memakan korban di penggergajian kayunya.

Tiga tahunan sejak sakit itu, Ki Lurah Gondang akhirnya meninggal. Sejak itu juga terjadi kelegaan magis pada orang ramai. Tukang Darpin tidak ada lagi, mayat akan lebih aman di liang lahat. Dan konon sejak meninggalnya, tidak ada lagi cerita tentang Darpin terdengar lagi, karena orang meyakini Ki Lurah Gondang adalah tukang Darpin meskipun itu hanya konon.

Andong 120113

Sunday, January 01, 2012

Tahun Baru

Ketika asap kembang api sisa perayaan perlahan melesap di udara, maka yang tampak adalah hamparan jalan berbatu dan tenaga yang berkurang satu demi satu. Tahun baru tak ubahnya lanjutan dari perjalanan panjang, titik penanda dimensi waktu yang diagung agungkan dengan kegembiraan yang berlebihan. Angka tahun yang lama seolah olah tamat mejadi benda mati dalam keterkurungan kenangan. Tekad tekad mulia dibangun dalam kuil kuil semangat, pundi pundi harapan ditimbun demi modal perjalanan setahun kedepan. Garis umur menjadi terkotak kotak oleh penyesalan. Lompatan lompatan peristiwa membekas bagai jeda dalam ketukan spasi.

Tahun yang berat hampir menyentuh ujung. Untaian waktu yang menyisakan catatan, torehan peristiwa demi peristiwa, kesakitan dan juga tawa. Tahun kehilangan yang juga berisi catatan tentang pelangi yang kehilangan warna. Dalam tanjakan usia, indeks prestasi tersusun layaknya cekung cekung kali yang kering dan pucat. Terkadang kenyataan menghantam keras dan bertubi, bahkan khayalan sekalipun tumpas tersapu oleh angkuhnya kekuasaan. Kuasa berpikir, kuasa berbijaksana bermakna juga kuasa nasib atas orang lain dibawah titah.

Usia yang mendaki puncak memerlukan pengorbanan disepanjang jejaknya. Terbelanjakan ha hak instimewa maupun kesempatan. Seolah merapuh titian asa, terkadang gelap bahkan tak mampu teraba. Bahkan jejak jejak indahnya menjadi prasasti mati, sesuatu yang layak dibanggai nanti sepuluh tahun lagi. Seiring berkurangnya jatah usia dan menumpuknya kebijaksanaan yang hanyut terbawa olehnya. Semestinya sebentar lagi kan sampai, ke tanjung kesadaran dimana benih benih kebijaksanaan usia akan tertebar disepanjang sisi laut pengalaman.

Jalan didepan sungguhlah lapang, namun akan ada kemarau dan hujan yang terjadi, juga barangkali badai dan bencana didepan sana. Selayaknyalah kaki dilangkahkan penuh keyakinan dan kepasrahan, bahwa jalan yang akan kita lalui barangkali akan kita lewati sekali dalam seumur hidup. Besertanya juga mengandung konskwensi dari perbuatan sepanjang jalan itu. Konskwensi yang kita jalani pada labirin waktu yang disebut orang seabagai tahun baru. Dan perlahan pada saat yang sama kita akan menjadi tua secara otodidak.

Maka sebenarnya tidak ada istimewanya pergantian tahun, kecuali almanak di dinding yang segera bergeser ke tempat sampah untuk ditempati cover yang baru. Segalanya toh akan berjalan sama lagi, menjadi rutinitas lagi dan menyelenggarakan jejak peradaban yang berjalan berulang dalam siklus waktu. Perayaan tidak ubahnya seremoni pamer kegembiraan yang mudharat. Sungguh menjauhkan kita dari nilai luhur kemanusiaan yang beretika tinggi.

Dari dukacita kita temukan pembelajaran tentang bagaimana menyiasati kemungkinan, dan dari ketidak adilan kita belajar mengenai kebesaran hati. Penolakan dan kekecewaan diredam agar tak jadi dendam, senda gurau dicatat sebagai tanda kasih keajaiban Tuhan.

Songgom – Prupuk 111226