Tuesday, August 09, 2005

Demotivasi laki laki

Laki laki dan demotivasi adalah sesuatu yang bersifat kodrati. Dimana mana dimuka bumi barangkali setiap lelaki menginginkan pengakuan atas diri, pengakuan atas keberadaan sebagai “laki laki”. Tidak harus bersikap otoriter apalagi patriark tetapi pengakuan itu sesuatu yang harus dimiliki laki laki. Perasaan dihargai dan dibutuhkan laki laki terkadang menjadi sumber dari demotivasi ini karena mau tidak mau terkadang keadaan diri, keadaan jiwa tidak bisa memuaskan perasaan penghargaan itu. Sebagian orang lebih suka dengan cara otoriter bahkan patriark (bahwa dia adalah penguasa, bahwa dia adalah benar, dan bahwa dia adalah yang serba tahu, dan bahwa dia adalah yang harus diikuti semua pendapat serta rencananya). Cara cara itu memang terkesan primitif, tetapi praktek itu masih tetap terjadi sampai sekarang. Terbuka atau tertutup.

Demotivasi laki laki juga bisa terjadi karena secara emosional laki laki tidak mendapat pengakuan eksistensi dari dirinya sendiri. Ini yang paling sering terjadi dimana diri tidak bisa mengakui bahwa pribadi laki lakinya (secara individualistik) memperoleh bahan bakar yang memadai. Bahan bakar itu adalah harapan. Harapan akan membuat hidup bergairah dan gairah akan memotivasi tindakan apapun dimana gairah itu akan melahirkan daya cipta dan karsa. Kehilangan gairah = demotivated.

Menurut saya, pangkal demotivasi ada dua yaitu kekecewaan pribadi dan ketidak berdayaan pribadi. Itu dua hal yang sangat melemahkan semangat. Kekecewaan dan ketidak berdayaan itu bisa karena ulah orang lain, tetapi juga bisa karena keadaan. Terkadang lelaki menginginkan keadaan mengikuti kemauan hatinya, bukan kemauan hati yang menyesuaikan keadaan.

Obat yang paling mujarab bagi ‘penyakit’ ini tentu adalah infus support dari orang yang dianggap paling berarti bagi si laki laki itu. Orang yang dianggapnya memililki kelebihan yang tak dimiliki oleh laki laki itu. Curahan perhatian dari orang terdekat dan “pengakuan” dari orang terdekat.

Demotivasi bisa jadi adalah manifestasi dari batang tumbuhan dari akar serabut kejadian, adalah buah akumulasi kecewa. Memperbaikinya tentu tidak akan semudah membalikkan telapak tangan, kecuali memang semangat juang dan persemaian harapan tetap terpelihara, tetap dipelihara. Depresi sembunyi sembunyi yang terjadi, orang lain tahu hanya tidak bisa berbuat apa apa atasnya. Mungkin secara sederhana orang akan beranggapan bahwa yang seharusnya bisa berbuat lebih adalah yang mengalami demotivasi itu sendiri. Tidak selamanya seperti itu. Bagaimanapun dominasi perempuan (diluar fanatisme definisi gender, hanya kebetulan mahluk hidup bermetamorfosa disekitar faham itu) juga adalah faktor yang bisa menyebabkan demotivasi. Yang menjadi permasalahan adalah ketika demotivasi itu terjadi dan orang sekitar merasa sedikit banyak terpengaruh oleh itu, setidaknya orang beranggapan akan bisa lebih mudah untuk bangkit dari demotivasi itu kalau terjadi pada dirinya sendiri. Tidak semudah itu bagi laki laki, demotivasi melemahkan semua sendi kehidupan yang sebenarnya bola salju depresi yang menggelinding dari puncak gunung kebanggaan pribadi. Dia bisa menghancurkan semua mua yang dimiliki laki laki yang tidak bisa dilihat ataupun dirasakan oleh perempuan.

Mungkin tidak ada keharusan untuk setuju, bahwa yang terbaik adalah mempelajari betul betul sejauh mana demotivasi itu berpengaruh dalam sendi kehidupan sampai sekecil kecilnya, syukur syukur bisa tahu apa penyebab konkritnya. Lelaki merasa punya arti apabila dia bisa menciptakan sesuatu, mengadakan sesuatu dari tangannya sendiri, dari perbuatanya sendiri. Tetapi sekali lagi memang harus diketahui penyebabnya apa, dan lebih penting lagi sejauh mana demotivasi itu mempengaruhi sikap hidup dan pola berfikir. Yang pasti, sikap untuk menumbuhkan kepercayaan diri, sikap untuk tetap menjadi “ perempuan” harus tetap dijaga.
Laki laki memiliki sifat superior dan menguasai, dan perempuan memiliki sifat lemah dan perlu perlindungan (meskipun prakteknya tidak seperti itu, tetapi itu kodrat yang diakui nurani mungkin hampir setiap orang).



Singkil - Manado, 8 Agustus 2005