Saturday, June 10, 2006

Dunia dibalik kaca

Bahkan wahana transparan itupun sanggup memantulkan imanji tentang diri, berwujud manusia dari ujung kaki, badan hingga rambut penutup tulang tengkorak. Karakteristik ciri jasmaniah mahluk paling sempurna. Kehidupan fisik memiliki pamornya sendiri demikian juga kehidupan dibalik penampilanya. Jauh lebih rumit dan kompleks ketimbang apa yang bisa dibaca oleh mata. Ia adalah sebuah dunia yang tersembunyi, terisolasi oleh garis garis batas bentukan nurani.

Berdiri di depan dinding kaca transparan, mata memandang kehidupan lain lagi berjombak dikedalaman. Senyum tawa dan hangat suasana terpancar dari kilatan blitz lampu kamera, seolah menitip pesan agar jangan sejarah dilupakan. Ada kebahagiaan mengisi ruangan, ada cinta yang menegaskan persaudaraan saling mengikatkan hati mereka. Wajah wajah cerah menerangi dunia dibalik kaca bersinar penuh gairah penoreh kisah bagi setiap individu penghuni di dalamnya. Pertemuan fisik, selamanya adalah konfirmasi bahwa hati benar adanya (according to Q).

Dinding kaca hanya pembatas, garis penegas bagi letak keberadaan. Kehadiran termaknai sebagai saksi atas keraguan tentang dua dunia yang berbenturan, mengalahkan kemustahilan dan melipat lembaran daftar pertanyaan. Dari balik dinding kaca, benih cerita akan menjadi permulaan bagi episode lanjutan. Seseorang yang berdiri masygul didepan kaca, menghamburkan angan bersama mereka. Sayang, ia tak menemukan pintu untuknya membawa diri larut serta. Sampai saatnya matahari memanggilnya pulang, dibawanya serta cangkang dunianya dikepala, menyusuri jalan jalan dengan nyenyanyian tentang kerinduannya kepada bulan. Ia lebur menjadi debu disetiap ruas jalan pulang yang dilaluinya.

Diantara deru obrolan dan gempita pertanyaan, seseorang menyelinap ditengahnya tanpa terlihat dan terasa. Ia ada, hidup di dunianya sendiri dibalik dinding kaca menyaksikan dunia dunia yang dikenalinya dilangit tak bertuan sana. Dan ia tersenyum turut berbahagia dengan caranya sendiri siang itu…


Citos, 060610