Monday, April 10, 2017

Belantara Api


:mpbpj
Konon perasaan manusia ibarat hutan belantara. Oleh faktor alami, ia ditumbuhi jutaan jenis vegetasi dengan manfaat berbeda bagi kehidupan. Segala yang tumbuh disana diperuntukkan bagi kebaikan isi dunia. Jika perasaan adalah belantara, maka ia ditumbuhi dengan berjuta vegetasi empiris hasil dari pengalaman menjalani kehidupan selama bertahun tahun. Berisi banyak sekali nilai nilai dan pemahaman pemahaman tentang etika, tenggang rasa dan didominasi oleh tetumbuhan yang lahir dari interaksi antar sesama manusia.

Syahdan belantara mengalami kebakaran hebat. Kebakaran dapat terjadi oleh berbagai sebab. Hutan belantara yang pernah terbakar di masa sebelumnya akan lebih rentan terhadap kebakaran, oleh sebab masih tersimpan sisa sisa trauma dan zat asam yang merubah susunan kehidupan belantara selamanya. Hanya orang orang yang betul betul paham tentang seluk beluk belantara perasaan yang akan sanggup menyulutkan api yang sama di titik yang sama sehingga mampu menciptakan kebakaran maha dahsyat. Musim dipilih dengan teliti supaya api mudah menjalar dan tanpa bersusah payah menciptakan pasal.

Ketika belantara perasaan terbakar atau sengaja dibakar, maka api akan berkobar dalam waktu yang tak bisa diramal. Banyak faktor yang mempengaruhi durasinya. Yang paling dominan adalah adanya sisa sisa kebakaran dari waktu yang sebelumnya yang tidak akan pernah benar benar hilang sirna sampai akhir masa. Sewaktu badai api menjilat, membakar dan menghanguskan seluruh isi belantara, maka upaya untuk meredam dan memadamkannya akan sia sia. Siang dan malam akan berisi perang dengan lawan yang tak kasat mata dengan kekuatan yang luar biasa. Cara paling bijak adalah menyingkir dan menunggu saatnya kebakaran berakhir. Biarkan saja semua hangus, luluh lantak jadi arang dan abu. Biarkan saja badan pemilik perasaan turut remuk redam dalam siksaan. Bahkan ribuan umpatan dan jutaan sumpah serapah tidak akan mampu sedikitpun meredam api yang sedang marah.

Menunggu api amarah reda adalah penyiksaan lain lagi yang tak terjabarkan dengan kata kata. Sebagai manusia tentu pikiran akan mencari pihak yang bertanggung jawab atas terbakarnya belantara yang berisi hasil dari perjuangan akan prinsip prinsip kebaikan. Pada akhirnya hanya sakit dan keletihan luar biasa yang tersisa sesudah malam malam tanpa jeda berisi denting pedang dari perang yang tak kunjung usai. Yang tersisa ketika fajar menyingising adalah ribuan luka gores dan kulit yang melepuh oleh dahsyatnya api. Perih tak terkatakan dan tak perlu dipertontonkan. Menerima kekalahan akan mengembalikan semuanya kepada keyakinan bahwa semua terjadi atas kehendak Tuhan. Maka oleh sebab pemikiran itulah semua dikembalikan kepada pemilik kehidupan. Segala tetumbuhan kebaikan di belantara perasaan telah hangus terberangus oleh api yang durjana. Maka tidak salahlah jika kemudian mengadu kepada Tuhan untuk melaknat sesiapapun yang berlaku sedemikian keji terhadap sesama ciptaanNya.

Meskipun para pengecut sudah lari dan bersembunyi dibalik kemegahan dunia modern dan hanya meninggalkan bencana, kita harus yakin bahwa Tuhan melihat dan menyaksikan semuanya. Doa dan harapan terpanjatkan lewat setiap hembusan nafas agar para durjana dilaknat oleh pemilik kehidupan. Dan doa harapan yang terpanjatkan tiap detik akan didengarkan juga oleh malaikat, mahluk gaib, setan, iblis dan seluruh semesta turut mengamininya. Itulah doa dari orang yang merasa teraniaya dan tak mampu lagi melawan dengan perbuatan.

Membayangkan belantara perasaan pasca kebakaran hebat yang sudah berjalan sehari semalam, tidak berbeda jauh dengan menghidupkan kembali mummi mummi iblis yang salama puluhan tahun sudah berhasil dijinakkan dalam ruang gelap kenangan. Kedatangan iblis iblis baru yang dibawa oleh orang yang mengaku sebagai istimewa telah membangkitkan lagi keganasannya. Kali ini berlipat ganda oleh sebab sekutu baru yang lebih beringas dan keji itu. Perang bisu yang panjang akan berlangsung sembari belantara perasaan berkobar oleh api liar.  Setiap hari akan ditemui benci dan siksa diri. Malam malam akan kehilangan nuansanya dan berganti dengan monolog penuh amarah tanpa seorangpun yang dapat mendegar apalagi memahami maknanya. Semuanya hanyalah pengulangan dari badai api hitam di masa lalu yang dengan susah payah diterima sebagai catatan nasib. Memang biadab orang yang tega menyakiti orang yang telah dan selalu berusaha berbuat baik, berusaha memegang prinsip prinsip kebaikan dalam menjalani kehidupan. Memang biadab orang yang menghianati kepercayaan orang lain yang menitipkan hati dan perasaanya kepadanya untuk dijaga. Orang seperti itu hanya pantas untuk doakan agar Tuhan melaknatnya, memberikan bencana dan celaka atau hilang dari muka bumi.

Mengharapkan orang akan menjaga perasaan kita terkadang berbuah sia sia. Terlalu menyerahkan rapuhnya hati tanpa cangkang kepada orang yang dianggap bisa dipercaya sekalipun bisa berubah menjadi bencana paling dahsyat yang tak terduga. Penghianatan akan kepercayaan akan melahirkan dendam yang jika diikuti akan menyebabkan kerusakan parah. Ketika perasaan kalah sudah sampai di dasar bawah, melawan dengan cara menghancurkan adalah pilihan paling tepat.

Maka tidak ada lagi sisa kebaikan dari sekian tahun belantara perasaan itu terbangun dan terpelihara dengan tujuan kemaslahatan. Menangisi dan meratapi luluh lantaknya belantara pun tak bisa membantu merubah keadaan. Semua musnah tanpa bisa diselamatkan lagi. Segala yang pernah tumbuh, hidup dan memberi makna kehidupan didalamnya tinggal menjadi onggok onggok debu dan arang belaka. Tidak ada lagi yang layak dijadikan kenangan bahwa kebaikan pernah ada di hamparan sisa kebakaran belantara perasaan. Asam yang tertinggal akan menjadi racun yang menghambat tumbuhnya tunas tunas dari akar yang selamat dari amukan khianat. Maka semua akan berjalan sesuai kehendak alam. Yang hangus terbakar tinggal tersisa dalam ingatan samar samar, tetapi yang membakarnya akan menajadi setan, iblis yang menyebabkan gemeratak gigi geraham setiap kali bayangannya melintas dalam ingatan. Memperpanjang perang hanya akan menambah jumlah korban, sebab perang hanya merubah orang menjadi buruk dan jauh dari sisi kemanusiaan.

Panasnya api yang membakar kulit kaki tak seberapa dibanding ganasnya api yang membakar perasaan. Menerima kalah adalah menelan konskwensi itu sendiri. Permintaan maaf dan pengakuan bersalah sejatinya hanya kepalsuan, ditulis dan diucapkan tanpa perasaan. Sakit hati kerena tertipu harta akan luntur oleh waktu sedangkan sakitnya perasaan akan terbawa sampai ke liang kubur. Semua menjadi tidak bermakna lagi. Memang demikianlah adat dunia, bahwa sehebat apapun sesuatu maka pada saatnya akan menjadi tidak bermakna lagi.

Meskipun waktu menelikung usia, badai api di perasaan dan pikiran tak akan kunjung reda. Gelombang demi gelombang amarah akan membuncah memporak porandakan kebaikan yang tersusun susah payah. Biarkan setan sampai bosan menikam, biarkan iblis sampai habis mengiris. Terimalah siksa itu sebagai hadiah perpisahan dari orang istimewa, yang menjelma menjadi penghinat penuh nista; mahluk lebih rendah daripada satwa.

 

Rewwin - 170409