Wednesday, December 30, 2009

Risalah Sakit Hati

Badai masih mengumbang ambingkan pikiran dan mempermainkan emosi. Didalam dada tipis ada gunung berapi yang siap meledak dan memuntahkan lahar panas yang menghancurkan siapa saja, apa saja yang dilintasinya. Tidak ada yang akan bisa menanggungkan akibatnya, maka akan bijaksanalah untuk menghindari komunikasi dengan, apalagi dengan penyebab bencana. Ibaratnya, setiap detik dan menit amarah itu membuncah, hanya penyebab bencanalah yang layak untuk menerimanya tumpahan kesalaha. Dan itu akan merusak, melukai serta merendahkan diri sendiri.

Hati bekas, berupa bangunan puing yang berdiri diatas puing pula. Akan lebih baik bagi siapapun jika gugatan atas keadaan itu diekspresikan dengan mengasihani diri dengan cara sendiri. Pikiran negative bukan hanya peristiwa muslihat yang diterima saja, tetapi berkembang biak menjadi anak anak prasangka yang begitu jahat menjajah kepala. Terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sendiri dengan perkiraan, dan semuanya serba menyakitkan bahkan sampai ketidak percayaan akan kebenaran, serta lusinan pikiran yang menimbulkan ribuan pertanyaan dan juga menghasilkan jawaban berupa kesimpulan kesimpulan menyakitkan lainnya.

Kata kata adalah pedang, yang terkadang tajamnya terasa keterlaluan. Ketika itu terjadi, yang ada dalam pikiran adalah mendorong orang disekitar untuk menjadi musuh yang memusuhi karena sikap kasar dan provokatif. Ekspresi emosi adalah sikap yang dengan sadar dilakukan, seperti halnya ketika kita sadar bahwa kita telah gagal meredam amarah sendiri. Seandainya saja isi kepala dapat dibaca, maka mungkin orang tidak akan punya kata kata untuk menggambarkan betapa jahatnya cara pikiran negatif menyiksa diri. Kata ’keterlaluan’ akan menjadi terlalu sederhana untuk menggambarkan betapa sakit dan parahnya akibat dari siksa cemburu.

Maka sikap diam akan lebih baik untuk dilakukan, menenggelamkan diri dalam kemuraman sendiri, bebas mendramatisir luka luka disekujur hati. Semuanya terasa menjadi salah dalam hidup seketika, dan itu konskuensi yang harus tertanggungkan dari akibat tindak durjana. Keadaan seperti itu akan berlangsung entah sampai kapan, sebab seperti sebelumnya, hanya Tuhan yang tahu kapan siksa batin seseorang akan sementara menghilang. Hidayah akan datang supaya kita bisa melihat dunia dnegan cara yang lebih tenteram, mengembalikan kebahagiaan yang terkadang timbul tenggelam dipermainkan badai menyakitkan.

Sakit hati dimasa lalu tidak pernah bisa benar benar pulih kembali seperti sedia kala. Hati yang tersakiti akan menimbulkan kecacatan kepirbadian. Dan kecacatan kepribadian tidak bisa dihindari seperti halnya codetan luka yang menggambarkan sebuah kehancuran kecil di masalalu. Bekas luka menjadi catatan sejarah hidup yang harus menjadi hak milik pribadi selama hayat masih dikandung badan. Hanya kematianlah yang bisa memutus rantai peristiwa dan pengalaman sepanjang hidup, sekaligus menghapuskan semua kesakitan dan penderitaan yang terjadi diam diam. Bagi seorang lelaki, terkadang ada yang lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri. Hal ini, semua laki laki tentu juga tahu.

Jika pernah bertahun tahun dalam kemuraman dalam kungkungan pikiran buruk dan sakit hati yang berkepanjangan maka cukup dijalani dengan kehidupan yang seolah olah. Mengekspresikan perasaan dengan kata kata dan perbuatan memang bisa menyinggung perasaan orang lain dan melahirkan konflik yang seharusnya tidak perlu. Seorang yang kuat hati akan menelan mentah semua amarahnya demi menjaga permukaan tetap datar dan aman tenteram bagi penghuni dunia lainnya.



Gempol 091230