Tuesday, September 04, 2007

Filsafat Gagu

(Sebuah beban tambahan bagi yang sedang patah hati)

Cinta memang membutakan logika, mematikan akal sehat. Ketika itu terjadi, kepala ke dua, telinga ke dua dan pemikiran kedua dari luar lingkaran bumi pemikiran sendiri dibutuhkan untuk membangkitkan pengertian baru. Ketika kita terpuruk dan hancur, maka kita juga kehilangan kekuatan untuk berfikir objektif dan factual. Akibatnya adalah negativisme ke segala sendi kehidupan. Bahakan bagi orang yang sensitive, ketika terpuruk, mendengarkan lagu saja dianggap sebagai menyindir dan menyakitkan hati.
Pengalaman mengajarkan bahwa kekecewaan yang berlebih lahir dari pengharapan yang berlebih pula. Kita sering kali kecewa dan sedih karena harapan kita tidak terwujud dalam kenyataan. Kekecewaan itu akhirnya melemahkan pemikiran dan menghasilkan akumulasi penyesalan dan bahkan mempersalahkan diri sendiri. Semuanya sama saja, adalah bentuk batuan dari masa lalu yang tidak bisa kita rubah menjadi angin atau udara. Prinsipnya begini, bahwa apa yang sudah terjadi tidak bisa dirubah lagi. Semakin keras kita mengingkarinya, semakin berat pula beban yang akan terasa. Yang terbaik adalah kompromi. Kompromi adalah menerima kenyataan dengan dada lapang dan melanjutkan hidup tanpa harus menjadikan masa lalu sebagai beban. Nanti suatu saat waktu juga yang akan menunjukkan bahwa memang Tuhan telah menentukan yang terbaik. Jika akhirnya cerita cinta kandas dan kita sulit bisa menerimanya, maka suara protes akan terus ada didalam dada, dan semakin hari suara protes itu akan menjadi pemberontakan yang merusakkan hidup. Diri sendiri yang akan rugi, tidak ada orang lain lagi yang bisa merasakan kerugian itu.

Tidak ada yang kekal di dalam hidup. Demikian pula dengan cinta dan rasa. Tidak akan ada yang kekal. Semua sementara, dan pada saatnya nanti akan bergeser menjadi makna baru. Orang orang lajang percaya bahwa perkawinan mengikat dan mengabadikan cinta, tetapi perkawinan adalah media untuk mengikat cinta dan merubahnya menjadi bentuk tanggung jawab dan kewajiban. Makna cinta yang tadinya modal awal akan bergeser menjadi sebuah nilai investasi sosial yang juga berpengaruh terhadap perilaku si pemilik rumahtangga tersebut. Disekitar kita terlalu banyak orang orang yang mengalami ketidak bahagiaan dari hasil hubungan cinta yang berubah bentuk jadi rumah tangga. Bukan maksud menakut nakuti, hanya ingin kita sedikit realistis bahwa kita tidak hidup di Timbuktu, negeri dongeng, tetapi di kehidupan real yang keras dan penuh intrik. Dan yang pasti hidup adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita. Menyia nyiakannya dalam penyesalan dan keterpurukan hanya akan menghasilkan sesal kelak dikemudian hari nanti.

Kadang kala hati jatuh terjebak kedalam lubang dalam yang membingungkan. Itulah cinta, yang mengendalikan kita pada masa tertentu. Mengendalikan kita dengan semena mena sementara kita dibuat tidak berdaya. Hanya saja, jangan lupa syarat utama cinta yang membahagiakan adalah bahwa harus ada dua fihak yang sepakat dan sepaham dengan bentuk hubungan. Jika hanya satu orang yang mengucurkan rasa simpati atau kasih, maka namanya menjadi pemujaan. Nah, apakah kita rela memuja seseorang yang tidak peduli dengan apa yang kita rasa?

Jika terus menyesali keadaan seperti itu, sama saja kita mengumpulkan keburukan demi keburukan yang kita dapat dalam hidup, yang nantinya bisa menyeret kita menjadi orang yang tidak pintar bersyukur. Apa yang terjadi memang harus terjadi sebagai rantai peristiwa kehidupan, demikian juga apa yang terjadi sebelum sebelumnya. Kalau hanya hal hal jelek yang kita inventarisir, nantinya malah akan membuat langkah kita tertancap di batu karang, tidak bergerak maju. Dan itu sangat merugikan.

Disekeliling kita hidup melaju kencang. Kita bisa saja mengimbangi lajunya, atau tertinggal jauh dan menjadi asing dengan diri kita sendiri. Optimisme, kebahagiaan hanya datang dari diri sendiri, sebab kekecewaan maupun kesedihan adalah buah fikiran kita sendiri. Kompromikan hati, terima semua sebagai kejadian yang harus diterima. Jangan menyalahkan dan menambahi beban dengan mengharap teralalu banyak dari apapun, tetapi syukuri dan terima apapun yang kita dapatkan. Percayalah, sekali kita sanggup mengangkat dagu dan memandang lurus ke depan, meninggalkan kemuraman sebagai catatan hitam masa lalu, maka kita akan sadar bahwa hikmah dari peristiwa buruk yang kita alami justru membuat kita manjadi pribadi yang matang, kuat dan dewasa.

Melupakan setiap detail yang berhubungan dengan pengalaman emosional kita memang mustahil selama hayat masih di kandung badan. Maka tidak dianjurkan untuk melupakan semua. Tidak gampang dan tidak mungkin untuk dilakukan. Semakin keras kita berusaha melupakan, maka semakin erat dan berat kenyataan pahit yang kita rasakan. Jangan dilawan, rasai saja semua dan jadikan itu sebagai imunisasi kekebalan terhadap rasa sakit, rasa sedih dan kecewa. Akan sia sia melawan atau mengingkarinya, karena semuanya ada didalam jalinan ruh, otot, darah, otak, daging dan tulang. Semuanya ada didalam diri kita sendiri, maka ketika kita memutuskan melawan, kita akan melawan diri sendiri, seperti perang tangan kiri melawan tangan kanan. Dan jika seseorang telah begitu mengecewakan kita, membuat kita merasa kecil dan tertinggal atau kalah, hanya dengan tidak memberikan beban pengharapan maupun keinginan terhadap hidupnya, berarti kita sudah mengalahkan musuh terbesar dalam diri kita sendiri. Suatu saat kelak akan datang seseorang yang baik meskipun tidak sesempurna. Orang yang akan dengan rela melibatkan hati dan dirinya dalam kehidupan. Jangan dicari dan jangan ditunggu, jalani hidup dengan datar lewati semua dan ambil hikmah dari setiap intisari peristiwa. Nanti tanpa sadar, orang yang kita idamkan akan berada disana, didalam hati. Ia yang akan menghangatkan kebekuan, akan menerangi gelapmu. Tetap yakini itu, bahwa Tuhan bekerja dengan cara misterius dan tanpa cacat.

Setiap hari disekitar kita, masih banyak sekali orang yang lebih menderita dari kita, dan banyak diantara mereka menjalani hidup mereka dengan tenang. Kekaguman patut diberikan bagi orang orang seperti mereka, yang mengabdikan setiap momen menjadi sangat berharga. Be tough, hidup adalah anugerah terbesar yang diberikanNya cuma cuma. Jangan sia siakan, jangan disesalkan. Jalani saja lewati saja, maka semua akan muncul menjadi makna; bahwa hidup memang sangatlah berharga.

Ciracas, 070904