Thursday, March 24, 2016

Retreat

Hujan dan angin puyuh mereda, iblis penyiksapun ikut berheti tertawa. Sejenak badan kehilangan rasa, terhuyung huyung limbung mencari suaka kedamaian. Palagan hanya berisi api dan puing puing kata kata, yang meruncing disetiap ujungnya. Jiwa menjadi letih teraniaya oleh beratnya siksa hati yang seolah tiada berujung dan berpangkal. Perkelahian selalu saja memproduksi korban, setelah mata menjadi rabun oleh debu debu masa lalu. satu demi satu kebaikan yang tertanam dulu perlahan berangsur layu oleh waktu. Tak ada tempat berlindung, kecuali mundur dari medan tempur.

Perang ini semata hanyalah pengulangan yang sama pada durasi  waktu yang berbeda. Serombongan iblis dari masalalu telah beranak pinak di langit maya dan datang sesukanya besama teman, simpatisan dan keluarganya. Semuanya menyerang dengan pedang karatan , memberi kontribusi sakit yang sama. Kiranya luka hati akan tinggal abadi, membentuk persekutuan zombie dapat dibangkitkan hanya oleh satu perbuatan. Semua seolah hidup kembali, kejadian empiris memilukan seolah baru kemarin selesai.

Letih fisik dan batin luluh dalam semadi yang khidmat. Menghitung luka luka, membaca setiap perih yang terpanen dari sengitnya amarah membabibuta. Diam dalam perenungan menunggu pikiran mengendap dan pandangan menemukan cahaya. Lalu berkontemplasi sendirian, menanya kepada nurani tentang makna semua kejadian, tentang pengertian palin jujur yang disimpan dalam diam. Seribu filsafat bijak dikumpulkan untuk menjadi kekuatan pendorong tekad, bahwa kekalahan bukanlah hal yang menghinakan. Mundur dan memeberi peluang akan lebih mulia bagi kemanusiaan meskipun tak akan ada dalam berita dunia maya.

Sikap ikhlas akan membasuh semua pikiran api yang menghanguskan diri, sedangkan sikap legowo akan meredam geram oleh sebab dendam diam diam. Ikhlas memang tidak mudah, terutama ikhlas menerima bahwa diri telah kalah oleh semua bentuk perbandingan duniawi. Lebih sulit lagi tentunya adalah besikap legowo dalam menerima perubahan sebagai seseuatu yang tidak sama lagi. Perubahan satu sisi yang merubah semua segi.

Nasehat bijak dalam semadi mengisyaratkan untuk mengubur kekakuan hati dan kerasnya ego di kepala. Lebih bijak dalam membaca fakta, bahwa memang perubahan tak bisa dihindarkan. Bahwa waktu memang merubah segala hal di dalam kehidupan, termasuk merubah karakter dan kepribadian seseorang. Kita tidak punya kuasa apa apa untuk mempengaruhi perubahan orang lain menjadi parameter ideal dalam persepsi kita. Ketika sesorang tiba tiba berubah menjadi asing, tentu ada sesuatu yang sangat perkasa yang mampu merubahnya. Sesuatu yang sangat perkasa itu bisa apa saja, segala sesuatu yang merasuki jiwa. Ketika perubahan itu dilakukan tanpa kesadaran, maka boleh dikatakan perubahan itu karena suatu kemabukan. Suatu zat baru telah merasuki saraf hinggal mempengarhui pikiran dan persepsi sampai kepada implementasi dalam berperilaku.

Kelenturan sikap diperlukan untuk dapat menentukan langkah yang tepat tanpa menimbulkan tangis berkepanjangan apalagi melahirkan pribadi baru yang phatetic . Kesadaran nurani yang paling jujur diperlukan demi menuntun hati menuju cahaya keikhlasan. Bahwa kehidupan ini dinamis bahkan terkadang inkonsisten. Perubahan pada satu sisi bilik hidup harus diterima dan disikapi dengan perubahan pesepsi pada diri sendiri. Jika sebuah mustika jiwa telah mengalami degradasi makna, maka sesungguhnya akan lebih bijaksana bagi pemiliknya untuk segera melipat meja, mengemasi sisa cerita dan mengemas dalam peti peti kenangan.

Terkadang kita tidak harus mempertahankan apa yang selama ini dianggap sebagai kenyamanan. Keluar dari lingkaran kenyamanan itu juga bisa berarti memberikan kesempatan bagi orang lain untj mencicipi dunia permainan penuh petualangan yang memabukkan. Hanya mereka yang berjiwa besar dan berdada lebar yang sanggup menahan langkah, lalu perlahan bergerak menyamping dan merelakan diri tertinggal. Segala bentuk euphoria akan ada ujungnya, seperti halnya tidak ada pesta yang tidak berakhir. Jika pengaruh zat memabukkan perlahan susut oleh metabolism tubuh secara alami, kesadaran akan datang bersama datangnya penyesalan. Dan penyesalan terbesar bagi kemabukan instant adalah telah mengabaikan kesantunan dan kepantasan kepada mereka yang mengajari kita tentang peradaban.

Dalam retreat pelajaran demi pelajaran bijak diterima dari wangsit kesunyian semedi. Bahwa kita tidak perlu menganggap diri terlalu penting bagi orang lain. Justru orang lainlah yang selalu lebih penting dari diri kita sendiri. Segala sesuatu tidak membutuhkan publikasi, tetapi hanya perlu penghayatan yang hakiki demi kebahagiaan yang paling  pribadi. Dengan demikian maka perihnya luka akibat dari perang tidak harus terjadi. Kita bisa berharap, kita bisa meminta tetapi tidak bisa memaksa. Masing masin orang hanya menjalani keputusan yang dibuatnya, lengkap dengan konskwensinya. Sesuatu kejadian yang melumpuhkan mungkin akan meninggalkan luka, tetapi luka akan sembuh oleh waktu. Koreng yang membekas bisa menjadi catatan masa depan agar kelak lebih hati hati dalam mempercayai orang.

Memilih berhenti, menerima kekalahan dengan perwira dan melepaskan segala kepentingan atas mustika yang kehilangan  makna sama halnya dengan merendah dalam kemenangan. Kata hati tak bisa dipaksakan kecuali diikuti, dan hidup adalah menjalani keputusan terbaik berdasarkan pertimbangan nurani paling jujur yang jika beruntung dapat kita jumpai dalam kontemplasi retreat.

Perenungan akan membawa kita kepada jalan dimana hati menunjukkan; tetap berjalan bergandengan atau berhenti lalu saling melambaikan sapu tangan isyarat perpisahan.

Rewwin, 160324

No comments: