Monday, February 11, 2013

Teman Dibawah



Dia adalah seorang asing yang kemudian oleh keajaiban takdir dipertemukan dan kemudian mengenali hidup pribadinya, bahkan membelasak hingga jauh kedalam hati dan pikiran. Kita begitu sendirian ketika berada di ketinggian, merasa bahwa ketinggian menciptakan jarak persepsi . Kita tumbuh di rimba peradaban dimana ketidak adilan terjadi dan terus menjadi jadi di negeri ini. Ketidak adilan yang juga menerbitkan bibit bibit ketidak adilan lainnya, beranak pinak dan berkembang biak dalam laju zaman yang tak mampu kita bendung. Atau hanya karena kita tumbuh pada zaman yang salah. Barangkali.

Sekumpulan kisah perjalanan   terkandut dalam umur yang menyusut. Lompatan lompatan euphoria hidup maupun dada sesak oleh pikiran pekat terlalui seolah olah hanya cerita milik orang lain. Menjadi gambar mati disepanjang dinding lorong dimana kita terus melangkah menuju kuburan. Kita bertemu diantara lekuk lekuk kisahnya, membagi lolongan tentang dasar jurang berisi lumpur yang pernah membenamkan, atau membagi perih oleh sebab penghianatan orang kepercayaan.  Dan kita tetap melaju dengan cara hidup masing masing.  Cinta begitu syahdu mengombang ambingkan arah disepanjangnya.  Membanting dan menerbangkan angan angan hingga kita terdampar pada halaman yang tak mungkin lagi akan terulangi.

Aturan kepantasan memang tidak peduli pada nasib dan keinginan. Maka, dengan masih bisa saling menemukan di dunia langitpun cukup sebagai ziarah kepada monument abadi yang penuh berisi prasasti tentang stanza dunia kecil berpelangi. Sungguh nilai pertemuan hanya dapat terjadi hanya dengan campur tangan keajaiban, oleh sebab daya rencana kita telah dimatikan oleh begitu banyaknya kewajiban yang harus ditunaikan. Hak istimewa kita sebagai manusia bebas telah gugur satu demi satu, jatuh mati ke tanah pada setiap lembar kalendar yang tercabik dari dinding di dekat ruang tamu.

Ketika langkah kakipun perlahan melemah, maka teman di bawah tetap setia menemani, memelihara keindahan masa muda.  Kenangan atas teman dibawah menjadi mozaik kerinduan yang berisi catatan kebaikan hidup dua manusia yang berbeda kepala, berbeda dada.  Teman dibawah menjadi cinta platonic yang justru lebih abadi dari ingar binger petualangan asmara. Catatan catatan pertemuan menjadi silabus pengalaman yang selalu bisa menguatkan oleh sebab penghargaan yang tanpa motif duniawi.

Rasa rindu adalah kolaborasi dari sekumpulan tiga rantai kehidupan sosial manusia; melakukan untuk orang lain, orang lain melakukan untuk kita, atau kita sendiri melakukan untuk diri sendiri.  Sebagian dikatakan dengan bahasa yang tidak bisa cukup menjelaskan esensinya, sangking rahasianya. Toh selamanya teman di bawah menjadi teman peneman angan, peneman hati yang selalu memiliki ruang untuk kesendirian. Sebab teman di bawah sejatinya adalah mereka yang benar benar memenuhi semua syarat untuk menjadi teman; menyediakan ruang lapang dalam hati untuk sekedar berbagi warna hari hari.

Karawang 130211

No comments: