Thursday, December 07, 2006

Filsafat kembang kacang

Sebaik apapun rasa hidup, seburuk apapun semangat terpuruk, selalu sisakan sedikit ruang untuk hal hal yang lebih obyektif. Tumbuhnya perasaan seperti biji kacang tanah yang tersembunyi di bawah permukaan tanah, kemudian datang hujan dan si biji kacang akan menyembul menjadi kecambah, menyembul dengan indah sebagai sesuatu bentuk yang baru penghuni jagad raya. Penampilanya bersih, bersinar, indah dan menggemaskan, menyenangkan hati dan pemandangan. Siapapun yang memilikinya pasti akan terpesona dengan bentuk dan kemunculanya. Bahkan jikapun mau, si kecambahpun bisa langsung saja dicabut dari tanah, disantap terasa manis dengan resiko kemudian menghilangnya si kecambah dari permukaan tanah, meninggalkan luka menganga pada tanah yang masih lembab oleh air hujan. Tetapi apakah si kecambah biji kacang tanah itu akan terus dalam bentuknya?

Segala hidup berjalan dalam siklus, terkotak kotak dalam dimensi waktu yang akan memuntun kepada arah cerita kehidupan yang mungkin sering disebut orang sebagai 'takdir'. Tidak ketinggalan juga si kecambah. Lambat laun dia akan tumbuh menjadi sebatang pohon kacang tanah, lengkap dengan bulu bulu yang tidak indah, lengkap dengan daun daun yang mulai mengering dan jatuh ketanah, lengkap dengan kehidupan lain yang menumpang diantara klorofilnya. Si pohon tidak lagi menjadi indah, tetapi dia punya kewajiban baru untuk mengembang biakkan keturunan, membuahkan umbi kacang tanah jauh dibawah permukaan tanah untuk lalu suatu saat kelak jika hujan datang akan tumbuh pula menjadi kecambah. Si pohon kacang tanah oleh kuasa waktu kemudian hanya akan menunggu saatnya mati tiba, dengan dahan yang membusuk dan menjadi kompos. Jasadnya akan memperkaya hara dan humus pada tanah tempatnya mengukir sejarah hidup.

Bahwa, segala sesuatu berkembang dan tumbuh atas kuasa waktu...segala yang ada dimuka bumi bisa berubah, baik bisa jadi buruk dan sebaliknya. Ulat bulu yang mengerikan tampangnyapun suatu saat akan berubah menjadi kupu kupu cantik rupa, bukan??

Kepadamu yang tengah jatuh cinta, aku turut bersuka cita atas petualangan rasa yang sedang terjadi padamu.Terbanglah tinggi, kepakkan sayap keinginanmu dan jelajahi langit angan angan yang tidak bertepi. Jika engkau bertemu seseorang di ketinggian , genggam erat tanganya, ajaklah ia menari bersamamu menghirup setiap butir oksigen yang tersedia, sebelum badai datang menghampiri, sebelum mungkin awan hitam melingkari. Dan jika mendung mengurung dalam pandanganmu, maka yakinlah bahwa selalu ada garis keperakan yang melingkari setip sisinya, pertanda kecerahan selalu ada, menantimu diluar batas pandangan.
Hanya, jangan lupakan tanah tempat pijakan kaki...

Nutricia, 061207

1 comment:

footprinter said...

Aku suka kalimatmu yang ini...

Dan jika mendung mengurung dalam pandanganmu, maka yakinlah bahwa selalu ada garis keperakan yang melingkari setip sisinya, pertanda kecerahan selalu ada, menantimu diluar batas pandangan.
Hanya, jangan lupakan tanah tempat pijakan kaki...


Tanah tempat pijakan kaki, betapapun sayap membawa kita terbang tinggi..
Semoga sang kembang kacang bawa sedikit bijak bagi pikiran manusia yang terlalu rumit