Sungguh kita patut
menaruh kasihan sama orang seperti ini. Karena kedangkalan nalarnya, Si Dodoh merasa berhak untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar. Si
Dodoh selalu menjadi hakim atas semua perkara, hakim yang menentukan tentang
benar salahnya sesuatu, bahkan benar atau salahnya kreasi pikiran. Kedangkalan
nalarnya itulah yang membuat dirinya menjadi merasa paling pintar serta paling
mulia. Sungguh menyedihkan!
Orang type ini
mengukur kualitas orang lain dari hal hal duniawi yang ada pada seseorang. Jabatan,
profesi, dan tentu saja materi. Sebuah metode pengukur sangat picik jika
dilihat dari lingkungan sosialnya. Caranya mendeskripsikan sesuatu yang
sarkastik terasa sangat dangkal makna, wujud dari penjabaran akan miskinnya pengetahuannya. Apalagi nuraninya. Tetapi Si Dodoh tetap bangga dengan itu semua,
merasa berjaya karena kepicikannya sendiri. Merasa hebat bagi dirinya sendiri,
padahal sebenarnya Si Dodoh tidak ubahnya tong kosong yang nyaring bunyinya di
dunia nyata.
Hal hal yang bukan
dirinya tetapi berasal dari titisan darahnya diagung agungkan sedemikian rupa,
seolah adalah yang terhebat diseluruh dunia. Orang yang tahu pergaulanpun pasti
paham jika apa yang dipongahkan itu tidak lebih dari lapisan penghibur di
kalangannya. Sungguh tidak lebih dari sebuah probabilitas kehidupan; jaya atau
merana. Sesuatu yang tidak elok jika dielu elukan sebagai pemenang atas semua
persaingan. Apalagi digunakan untuk menghina dan merendahkan orang lain. Bukankah
orang yang menistkan orang lain justru menempatkan dirinya lebih rendah dari
manusia ternista sekalipun?
Si Dodoh seperti
menepuk air di dalam dulang, menyemburkan ludah ke langit pada setiap kata
katanya yang akhirnya sebenarnya mendeskripsikan tentang dirinya sendiri.
Kemengertiannya tentang tatakrama pergaulan sudah bisa menjadi penunjuk tentang
kualitas intelektualnya. Itu bisa tercermin dari susunan kata kata yang
dikirimnya melalui pesan singkat. Untungnya Si Dodoh bukan lagi muda.
Potensinya sudah habis dimakan usia. Tuhan memang maha adil, orang seperti itu
memang tidak layak diberikan kuasa dunia, seandainya Si Dodoh berkuasa, tentu
akan menebarkan kemudharatan yang lebih besar. Jadi sebenarnya Si Dodoh tidak
lebih dari manusia kardus yang kebingungan mencari cara menyombongkan
kedunguannya sendiri.
Sangking tidak masuk
akalnya cerca yang dihamburkan, saya jadi curiga bahwa orang ini mengidap suatu
penyakit. Bisa jadi penyakit hati, bisa jadi pula penyakit otak atau mungkin syaraf. Kewarasanya tercemar oleh ambisi atas sanjungan duniawi. Si Dodoh bisa tiba tiba menjadi pembenci paling sadis terhadap orang yang tidak ada hubungannya
dengan kekecewaan yang dialaminya, tentu ada sesuatu yang tidak beres atas
orang ini. Yang bisa dilakukan oleh mereka yang menyadari kegilaan ini tentu
hanyalah menyarankan untuk pergi mencari pertolongan, berobat ke dokter atau ke
dukun. Memang hanya sedemikianlah pemahamanya soal pengobatan; itupun pasti dia akan menyangkal bahwa dia sakit. Bukankah tidak ada orang gila yang mengaku sakit jiwa?. Padahal, obat
yang sebenar benarnya obat adalah hidayah dari Tuhan.
Sungguh kita patut
untuk prihatin atas beban negativisme yang ditanggungkan sehingga Si Dodoh
menjadi begitu rendah ahlak. Si Dodoh terang terangan menghinakan sebuah profesi, sedangkan
bagi si pemilik profesi itu adalah amanah dan pengabdian mulia kepada Tuhan,
keluarga dan pengejawantahan dirinya sendiri. Kita tidak patut merendahkan
suatu pekerjaan halal, seburuk dan sekasar apapun itu. Disekeliling kita, kita
bisa melihat orang orang yang menghayati pekerjaannya, menjalankannya dengan
tekun sebagai ibadah. Sayangnya, Si Dodoh dibutakan dari itu semua sebab yang
dilihat adalah bayang bayang kemuliaan dirinya sendiri. Kemuliaan hayali
seseorang yang kehilangan akal pikiran. Jika sudah sampai pada kesimpulan ini, tentu obrolan dengannya menjadi tidak berguna lagi. Bahkan keberadaan dirinya di dunia maya mati kaku hanya dalam hitungan detik, dua kali klick mouse unfriend dan block this person.
Sebenarnya, Si Dodoh
berada pada strata terendah dari lingkungan peradaban. Kasihan! Semoga Tuhan
memuliakan hidupnya.
Bambuapus, 120929
No comments:
Post a Comment