Saturday, April 22, 2006

Kupu kupu yang merindu

Ia rindu, sejuk tanah berdebu dibawah rimbun pohon bambu kampungnya, yang menjadi istana masa kecilnya. Tempat pertama mengenal planet bumi, kemudian dunia dan segala macam isinya, dengan segala tumpang tindih kisahnya. Di setiap hembusan angin yang menerpa wajah adalah kabar tentang tempat nun jauh disana, dunia luas terbentang berbatas langit ke langit; mayapada!

Betapa ia ingin segera selesai proses transformasinya dari seekor ulat lembek yang tidak menarik menjadi seekor kupu kupu! Mengakhiri proses demi proses metamorfosa dan akan memasuki fase terlama dalam rantai metamorfosis. Voila! Sepasang sayap terpasang, dan kaki bermunculan untuk menapak, sementara sayap tak sabar untuk mengepak, terbanglah terbang si kupu kupu, jelajahi bumi dari ketinggian, dan ketika kaki harus menapak, ia tinggalkan catatan sebagai jejak.

Bersama angin, kepak sayapnya menari. Setidaknya warna sayapnyapun tidaklah istimewa. Tubuhnya mengikuti angin meliuk dan mendorong, menjelajah udara yang maha luas dan berisi keindahan. Angin sawah musim kemarau di kampungnya dulu, selalu membawa kabar tentang peradaban manusia, selamanya kisah antara manusia dan manusia. Dan manusialah yang membuat dunia ini ada dan bearadab. Pengembaraannya mengajarkan tentang gelembung gelembung dunia bagi setiap individu.

Wajah wajah kusam masa lalu, tersenyum mengundang kenangan untuk menengok jendela kuburan masa kecilnya yang penuh harapan dulu. Betapa kesederhanaan dan alam amatlah nikmatnya. Malam malam yang eksotis masa kecilnya, menantang untuk menjelajah hati, palung terdalam dari gelembung gelembung kepribadian. Betapa kemudian tak mengherankan juga baginya ketika sayapnya koyak tercabik, dan ia harus tgerkapar miring ditanah sebagai lambang ketidak berdayaan. Angin pulalah yang menghempaskan ia ketanah. Gelembung dunia kupu kupuku terkadang bersentuhan lembut, dan suatu ketika keras membentur.

Terbangnya jadi pincang kini. Tak pintar lagi menari bersama matahari. Malam menjalani kehidupan dengan kegelapan. Hitam, gagah dan anggun. Hitam menyembunyikan. Malam menyembunyikan catatan kepak sayapnya, dan ia terus mengepak, menyusuri dunia tak berujung sampai ijin hidupnya dicabutNya dan liang lahat pekuburan jadi garis finishnya. Biarkan catatannya jadi nisannya, setidaknya ia belum cukup jauh menempuh….

Gempol, 060422

4 comments:

unai said...

Asik jadi yang pertama..:)
Ugh gila nih aku suka banget deh..*baca berkali kali...

iteung said...

jadi inget tu madame :D
tapi sekarang dia lagi benci malam :)

SEMOGA INDAHNYA MASIH BISA MENEMANI HARI-HARI KITA...

ciplok said...

uhueks !!!
kok AKU banget sih......
*geleng-geleng kepala

untuk iteung =
indahku masihakan terus tetap besertamu....huhuhuhu...peluk-peluk kakak no 2 ku

buderfly said...

unai:
Duuuuh....terimakasih unai, jadi tersanjung neh..
iteung:
semoga, iteung...
madame:
see madame, terjadi juga dibelahan dunia lainya, bukan? You are not alone...
bverly:
terimakasih...terimakasih...bev..
Lucy:
Bagaimanapun yang dibelakang adalah bagian dari jejak kaki kita, Lucy...bagian dari nafas kita hari ini...